BREAKING NEWS

Setelah Reog Ponorogo, Giliran Pesantren Bidik Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Setelah Reog Ponorogo, Giliran Pesantren Bidik Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO


PONOROGO, Media Jatim News – Setelah keberhasilan Reog Ponorogo ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage/ICH) UNESCO, kini giliran pondok pesantren yang dibidik untuk menyusul jejak tersebut.

Gerakan Nasional Ayo Mondok menggelar sarasehan bertajuk “Pondok Pesantren Menuju ICH UNESCO” di Ponorogo, Selasa (21/10) malam. 

Kegiatan ini menjadi langkah awal untuk mendorong pengakuan internasional terhadap pesantren sebagai pusat lahirnya peradaban dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Sarasehan yang juga digelar dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional 2025 ini menghadirkan sejumlah tokoh penting. 

Di antaranya Ketua Gerakan Nasional Ayo Mondok Gus Lukman Haris Dimyati, Gus Zahrul Azhar As’ad (Gus Hans) dari Ponpes Darul Ulum Jombang, Bupati Ponorogo Kang Sugiri Sancoko, jurnalis Mariyam dari TV One, serta Dr. Hamy Wahyunianto, tokoh yang berperan besar dalam proses pengajuan Reog Ponorogo ke UNESCO.

Dalam kesempatan itu, Dr. Hamy berbagi pengalaman dan strategi pengusulan agar pesantren memiliki peluang besar diakui UNESCO.

“Langkah ini bukan hanya tentang pengakuan dunia, tapi juga tentang menjaga dan mengembangkan warisan nilai yang telah membentuk jati diri bangsa,” ungkapnya.

Sementara itu, Mariyam dari TV One menilai momentum ini sangat tepat untuk mengangkat martabat pesantren di kancah global.

“Ini adalah saat yang tepat untuk menampilkan wajah pesantren sebagai lembaga pendidikan budaya yang telah mencetak generasi berakhlak mulia,” ujarnya.

Gus Hans menambahkan, pesantren bukan hanya lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat kebudayaan yang telah melahirkan banyak tokoh bangsa dan tradisi luhur.

“Pesantren adalah sumber nilai, ilmu, dan peradaban. Sudah semestinya mendapat tempat dalam daftar warisan budaya dunia,” jelasnya.

Bupati Ponorogo, Kang Sugiri Sancoko, menyambut baik inisiatif tersebut. Ia menegaskan bahwa Ponorogo, sebagai kota santri dan budaya, memiliki peran penting dalam menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur yang tumbuh di lingkungan pesantren.

“Ponorogo bukan hanya tanah kelahiran Reog, tapi juga tanah di mana pesantren tumbuh subur membentuk karakter bangsa. Kami siap mendukung agar pesantren bisa mendunia seperti Reog,” tegasnya.

Sarasehan ini diharapkan menjadi langkah konkret awal penyusunan roadmap dan strategi kebudayaan menuju pengakuan UNESCO, sekaligus memperkuat posisi pesantren sebagai benteng moral dan peradaban Indonesia.

Dengan semangat Hari Santri, Ponorogo kembali menunjukkan dirinya sebagai pusat peradaban yang terus menginspirasi dunia, dari panggung Reog hingga pesantren yang kini tengah bersiap menorehkan sejarah baru di tingkat global. (nur/ist).



Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar