Bupati Ponorogo: Keputusan Musyawarah Lima Desa, Atasi Banjir Tahunan Dam Asem Tropong Desa Tatung di Jebol
PONOROGO, Media Jatim News - Banjir tahunan yang selama puluhan tahun melanda lima desa di Kabupaten Ponorogo menjadi sorotan utama dalam musyawarah lintas desa yang difasilitasi langsung oleh Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko (akrab disapa Kang Giri).
Desa Sendang, Bringinan, Tatung, Sedarat, dan Purworejo selama ini mengalami kerugian akibat banjir yang terus-menerus terjadi setiap musim hujan.
Musyawarah ini dikemas dalam agenda “Rembug Nyawiji, Golek Solusi Bersama Bupati" (Kang Giri) dan digelar di kawasan Timur Gunung Nggendong, tepat di perbatasan Desa Sendang dan Desa Sedarat Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo, Sabtu (3/5/2025).
Acara ini dihadiri oleh berbagai unsur penting baik dari Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Dua Kecamatan, Lima Kepala Desa, maupun dari masyarakat desa terdampak.
Peserta Musyawarah: Sinergi Lintas Lembaga dan Komunitas
Hadir dalam musyawarah tersebut: Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, Anggota DPRD Kabupaten Ponorogo, Kepala Dinas Pertanian, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kepala Dinas PU, Bapeda, Camat serta Forkopimcam dari Balong dan Jambon, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), tokoh masyarakat, serta perwakilan lima desa.
Kehadiran lintas sektor ini menandakan keseriusan Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam mencari solusi konkret, partisipatif, dan menyeluruh.
Fokus Utama: Penanganan Banjir dan Keputusan Menjebol Dam
Kepala Desa Bringinan Barno mengatakan, dalam musyawarah ini, fokus utama adalah bagaimana mengakhiri siklus banjir tahunan yang menyebabkan kerugian besar terutama bagi sektor pertanian.
"Salah satu titik krusial yang dibahas adalah keberadaan Dam Asem Tropong," katanya.
Menurutnya, kondisi dam ini ternyata menjadi penyebab utama terjadinya genangan di wilayah pertanian, khususnya Desa Sendang, Desa Bringinan dan tiga desa lainnya.
Lokasi sawah yang lebih rendah daripada portal dam membuat air tak bisa mengalir dengan lancar, menyebabkan banjir dan gagal panen.
Sementara, Bupati Ponorogo Kang Giri menyampaikan dengan tegas bahwa solusi harus dicapai tanpa mengedepankan ego sektoral.
“Hari ini kita semua berkumpul mencari solusi. Syaratnya tidak boleh ego atau gengsi dikedepankan. Ini rembug mencari solusi,” ujarnya.
Akhirnya, melalui musyawarah mufakat, diputuskan bahwa dam Asem Tropong akan dijebol sebagai solusi jangka pendek.
Keputusan ini mendapat persetujuan dari semua warga dan perwakilan desa yang hadir.
Dampak dan Alasan di Balik Keputusan
Senada di katakan Ketua Panitia Edi Santoso (Ayik) keputusan untuk menjebol dam bukanlah tanpa kajian. Ditegaskan oleh Edi (Ayik), yang juga salah satu ketua Gapoktan, bahwa posisi portal dam saat ini lebih tinggi dari permukaan sawah.
Hal ini mengakibatkan air tergenang dan sawah tak bisa ditanami, terutama tembakau.
“Tahun lalu petani tembakau desa Sendang gagal panen. Padahal nilai panennya bisa mencapai 13 miliar rupiah dalam satu musim,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa seluruh wilayah kini sudah mengandalkan sumur dalam, sehingga suplai air dari dam tidak lagi krusial.
Saat ditanyakan apakah menjebol dam akan berdampak negatif terhadap desa lain, seluruh peserta menyatakan tidak akan ada dampak karena sistem pengairan telah berubah.
Langkah Lanjutan: Pembentukan Paguyuban “Paling Jitu”
Untuk menjaga keberlanjutan koordinasi dan pengawasan pelaksanaan solusi ini, Kang Giri juga menggagas pembentukan sebuah paguyuban yang akan diisi oleh perwakilan dari lima desa.
Paguyuban ini diberi nama Paguyuban Lingkungan Nyawiji Bersatu yang disingkat Paling Jitu.
“Setelah ada keputusan, kita bentuk pengurus dari perwakilan lima desa,” tegas Kang Giri. Nama ini disambut hangat dan langsung disetujui oleh semua peserta musyawarah.
Penutup: Awal Baru untuk Pertanian dan Lingkungan
Musyawarah lima desa ini menjadi langkah nyata dalam penyelesaian masalah banjir yang telah lama dikeluhkan masyarakat.
Dengan keputusan yang diambil bersama, serta dibentuknya wadah koordinasi lintas desa, diharapkan masalah banjir tidak hanya ditangani secara teknis, namun juga secara sosial dan kelembagaan.
Kang Giri berharap bahwa semangat gotong royong dan musyawarah ini bisa menjadi model penyelesaian masalah lainnya di Ponorogo.
“Ini adalah semangat Nyawiji. Kita bersatu mencari jalan keluar terbaik,” pungkasnya. (nur).
Posting Komentar