Bongkar Tabungan Anak Desa Bringinan, Barno: Tanamkan Hidup Hemat dan Menghargai Uang Receh
Bongkar Tabungan Anak Desa Bringinan, Barno: Tanamkan Hidup Hemat dan Menghargai Uang Receh
PONOROGO, Media Jatim News – Kembali, bongkar tabungan anak di Desa Bringinan Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo sukses digelar.
Hidup hemat dan menghargai uang recehan berdampak pada orang tua di Desa Bringinan, Jambon, tak kesulitan mempersiapkan perlengkapan sekolah di tahun ajaran baru.
Anak-anak mereka telah memiliki tabungan dalam kurun waktu setahun terakhir. Pada Minggu (02/07/2023), ratusan anak-anak di desa setempat yang mengikuti program gerakan menabung dan membongkar celengan mereka.
Kepala Desa Bringinan Barno mengungkapkan, gerakan menabung diikuti sedikitnya 500 anak setingkat PAUD hingga SD. Animo itu meningkat hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang diikuti 350 anak. Bongkar celengan merupakan agenda tahunan di desa yang menjadi cikal-bakal gerakan menabung serentak tersebut.
"Awal 2015 lalu hanya diikuti 13 anak, lambat laun yang ikut semakin banyak,’’ kata Barno.
Tidak sekedar menyimpan uang dalam kotak yang disiapkan desa setempat, jenis uang yang ditabung dibatasi. Pecahan koin hingga dua ribu rupiah yang diizinkan.
Tujuan gerakan menabung di desa ini untuk menumbuhkan sikap hemat dan menghormati uang pecahan.
"Kadang uang seratus, lima ratus rupiah itu dianggap sepele, padahal kalau ditabung hasilnya luar biasa,’’ lanjutnya.
Hasil gerakan menabung terbilang memuaskan. Satu anak punya tabungan Rp 400 ribu hingga Rp 2,5 juta dalam setahun. Berkaca pada pengalaman sebelumnya, akumulasi hasil tabungan seluruh peserta mencapai Rp 300 juta. Tahun ini diperkirakan meningkat tembus Rp 500 juta.
"Ada yang dibelikan kambing dan sekarang sudah beranak, ada juga yang ditabung di bank, ada yang untuk beli perlengkapan sekolah di tahun ajaran baru,’’ terangnya.
Gerakan positif tersebut diinisiasi Barno, buah inspirasi pahit getir perjalanan hidupnya. Dia harus melalui jalan terjal untuk dapat sekolah lantaran berasal dari keluarga kurang mampu.
Pun harus menabung sendiri untuk biaya sekolah. Kini, gerakan itu menjadi inspirasi bagi desa lainnya menggelar kegiatan serupa.
"Dulu awal mulai gerakan ini juga sulit, bahkan harus memaksa anak perangkat desa untuk ikut. Sekarang tidak hanya anak desa Bringinan, tapi dari luar kecamatan juga antusias,’’ tukasnya. (adv/nur).


